Mengingat Tragedi berdarah Tanjung Priok 35 Tahun Silam
AGEN POKER- Anggita Babinas Hermanu memasuki Musala As-Sa'adah, Tanjung Priok, Jakarta Utara, 8 Seotember 1984. Dia yang mengenakan seragam lengkap keberatan dengan sebuah pamflet yang terpampang di musala itu yang dianggapnya mengandung unsur SARA.
Padahal, pamflet itu disebutkan hanya berisi pengumuman pengajian rutin biasa.
Dalam buku Tanjung Priok Berdarah tanggung jawab siapa? Kumpulkan Fakta dan Data, game insasi pers1998, diceritakan hermanu menyiramkan air selokan agar pamflet itu terlepas dari papan pengumuman. Bahkan menurut kesaksian warga setempat , sang Babinsa itu masuk ke tampat ibadah tanpa melepaskan sepatunya.
Kejadian ini pun berbuntut panjang. isunya menjadi pembicaraan warga setempat. Meski begitu tak ada penyelesaian dari aparat keamanan.
BANDAR POKER- Selanjutnya, pada 10 September 1984, jemaah As-Sa'adah bertemu Hermanu dan rekannya. Mereka terlibat perdebatan sengit hingga harus diselesaikan di Pos RW 05. Namun saat perundingan tengah berlangsung, tiba-tiba massa sudah berkumpul di depan pos dan berusaha menangkap Hermanu.
Gagal mendapatkan sang Babinas, massa beringas dan merusak swrta membakae sepeda motor Koramil. Imbasnya, tempat orang di tangkap, Mereka adalah Syofwan, Syarifudin Rambe, Ahmad Sahi Dan Mohammad Noor. keempatnya dituduh membakar motor tersebut.
Agenda pengajian yang terpampang dalam pamflet akhirnya berlangsung, 12 September 1984. Ribuan jamaah berkumpul di lokasi acara, Jalan Sidang.
AGEN CEME- Pengajian yang dimulai pukul 20.00 WIB itu berujung memanas. masyarakat masih tak puas dengan penyelesaian kejadian di As-Sa'adah. Amir Bikin yang diminta berbicara di atas panggung mengultimatum aparat agar melepaskan empat jemaah yang ditangkap.
"Kita tunggu samapi jam 23.00 WIB, apabila keempat orang ini tidak dibebaskan, kita semua ke kodim! malam ini akan ada benjir daerah. Karena sayan tahumoncong senjata TNI telah diarahkan kekepala saya!" ucap Amir Biki, Seperti dikutip dari buku mereka bilang di sini tidak ada Tuhan : Suara korban Tragedi Priok karya Subhan dan Gunawan, F.X. Rudy.
Amir Bikin berhenti sejenak. Dia lantas melanjutkan ucapannya," Apabila saya meninggal malam ini, saya minta kepada jamaah untuk mengusung jenazah saya keliling jakarta!" Amir Biki juga mengatakan, " Jangan Mengecewakan saya, saya peringatkan bahwa yang membuat kegaduhan itu bukan jemaah kita," ujarnya.
BANDAR CEME- Selanjutnya, Amir biki memimpin massa menuju kodim. Di jalan mereka bertakbir, sambil membawa bendera hijau bertuliskan kalimat Tauhid. Tidak ada saksi anarkis sepanjang jalan.
Saat rombongan di depan barisan berusaha menahan masa agar berhenti , tiba-tiba terdengar bunyi tembakan. massa panik dan berhamburan. Tembakan kemudian terus menyusul, senapan menyalak menghujani massa, tanpa henti 10 hingga 15 menit.
Orang-Orang pun bertumbangan. Teriakan takbir menggema. Husain Safe yang daat itu berasa di barisan depan mengisahkan kejadian brutal tersebut.
"Detik-detik berlalu begitu menekam. Tak lama kemudian aparat yang menembak bergerak mundur agak jauh dari saya sambil terus menembak. Mereka mencoba melihat lebih jauh ke belakang, ke arah rombongan lain yang menuju kami. Ternyata itu adalah rombongan Amir Biki. Saya dengar ada yang berteriak bahwa itu adalah Amir Biki. Di susul lagi teriakan dari anggota pasukan lainnya," habisi saja!" Kisah dia.
Amir Biki pun tabungan. Begitu pula massa lainnya. Mayat-mayat bergelimpangan di anatara orang-orang yang terkapar terluka, di jalan dan di sekolah. Tentara terus memburu massa dalam kegelapan akibat lampu dimatikan secara serentak.
AGEN DOMINO- Kejadian unu pun dinamakan oleh ulana dan tokoh Tanjung Priok, Abduk Qadir Djaelani saat bereaksi di pengadilan.
AM Fatwa yang juga saksi kejadian menulis dalam buku Pengadilan HAM an hoc Tanjung Priok Dia mengungkapkan, tidak ada data pasti korban tewas, luka-luka, maupun hilang dalam tragedi ini. Karena pemerintah Orde Baru menutuou fakta yang sebenarnya.
" Panglima ABRI saat itu , L.B Moerdani, mengatakan bahwa 18 orang tewas dan 53 orang luka-luka dama insiden tersebut, " tulis A.M Fatwa.
Namun pada data Panglima ABRI itu berada dengan fakta Solidaritas untuk Peristiwa Tanjung Priok (Sontak) yang juga didukung kesaksian Djaelani. Dalam datanya, disebitkan tidak kurang dari 400 orang tewas dalam tragedi berdarah itu, belum termasuk yang luka dan hilang.
BANDAR DOMINO- Kejadian ini mendapatkan respon biasa saja dari Presiden RI kala itu, Soeharto. Dalam buku: Soeharto : Pikiran, Ucapan, dan Toindakan Saya, dia menyebut peristiwa Tanjung Priuk adalahn hasil hasutan sejumlah pemimpin di sana.
"melaksanakan keyakinan dan syarat agama saja boleh. tetapi kenyataannya ia mengacu dan menghasus rakyat untuk memberontak, menurut dikeluarkannya orang yang ditahan. Terhadap pelanggaran hukum, ya tentunya harus diambil tindakan." ucap Suharto.
Amir Bikin berhenti sejenak. Dia lantas melanjutkan ucapannya," Apabila saya meninggal malam ini, saya minta kepada jamaah untuk mengusung jenazah saya keliling jakarta!" Amir Biki juga mengatakan, " Jangan Mengecewakan saya, saya peringatkan bahwa yang membuat kegaduhan itu bukan jemaah kita," ujarnya.
BANDAR CEME- Selanjutnya, Amir biki memimpin massa menuju kodim. Di jalan mereka bertakbir, sambil membawa bendera hijau bertuliskan kalimat Tauhid. Tidak ada saksi anarkis sepanjang jalan.
Saat rombongan di depan barisan berusaha menahan masa agar berhenti , tiba-tiba terdengar bunyi tembakan. massa panik dan berhamburan. Tembakan kemudian terus menyusul, senapan menyalak menghujani massa, tanpa henti 10 hingga 15 menit.
Orang-Orang pun bertumbangan. Teriakan takbir menggema. Husain Safe yang daat itu berasa di barisan depan mengisahkan kejadian brutal tersebut.
"Detik-detik berlalu begitu menekam. Tak lama kemudian aparat yang menembak bergerak mundur agak jauh dari saya sambil terus menembak. Mereka mencoba melihat lebih jauh ke belakang, ke arah rombongan lain yang menuju kami. Ternyata itu adalah rombongan Amir Biki. Saya dengar ada yang berteriak bahwa itu adalah Amir Biki. Di susul lagi teriakan dari anggota pasukan lainnya," habisi saja!" Kisah dia.
Amir Biki pun tabungan. Begitu pula massa lainnya. Mayat-mayat bergelimpangan di anatara orang-orang yang terkapar terluka, di jalan dan di sekolah. Tentara terus memburu massa dalam kegelapan akibat lampu dimatikan secara serentak.
AGEN DOMINO- Kejadian unu pun dinamakan oleh ulana dan tokoh Tanjung Priok, Abduk Qadir Djaelani saat bereaksi di pengadilan.
AM Fatwa yang juga saksi kejadian menulis dalam buku Pengadilan HAM an hoc Tanjung Priok Dia mengungkapkan, tidak ada data pasti korban tewas, luka-luka, maupun hilang dalam tragedi ini. Karena pemerintah Orde Baru menutuou fakta yang sebenarnya.
" Panglima ABRI saat itu , L.B Moerdani, mengatakan bahwa 18 orang tewas dan 53 orang luka-luka dama insiden tersebut, " tulis A.M Fatwa.
Namun pada data Panglima ABRI itu berada dengan fakta Solidaritas untuk Peristiwa Tanjung Priok (Sontak) yang juga didukung kesaksian Djaelani. Dalam datanya, disebitkan tidak kurang dari 400 orang tewas dalam tragedi berdarah itu, belum termasuk yang luka dan hilang.
BANDAR DOMINO- Kejadian ini mendapatkan respon biasa saja dari Presiden RI kala itu, Soeharto. Dalam buku: Soeharto : Pikiran, Ucapan, dan Toindakan Saya, dia menyebut peristiwa Tanjung Priuk adalahn hasil hasutan sejumlah pemimpin di sana.
"melaksanakan keyakinan dan syarat agama saja boleh. tetapi kenyataannya ia mengacu dan menghasus rakyat untuk memberontak, menurut dikeluarkannya orang yang ditahan. Terhadap pelanggaran hukum, ya tentunya harus diambil tindakan." ucap Suharto.
Comments
Post a Comment